Rabu, 29 April 2009

Cina

Islam sampai ke Cina pada masa Thai Zhang (628 - 649 M), Kaisar ke-II pada Dinasti Tang. Pada tahun 651 M, sejumlah besar kaum muslimin berdatangan ke Cina bersamaan dengan menetapnya pedagang-pedagang Arab di beberapa daerah pesisir selatan, terutama di daerang Qhuang Dong. Populasi kaum muslimin kian bertambah dan mulai menampakkan perannya pada masa Dinasti Sung, di mana beberapa ilmu keislaman menampakkan kegemilangannya, di samping mulai terkenalnya ilmu kedokteran, astronomi, matematika dan optik.

Bersamaan dengan runtuhnya Dinasti Ming, kaum muslimin kehilangan sebagian besar kedudukan mereka, bahkan mereka menerima siksaan pada masa kekaisaran Dinasti Manchu hingga berdirinya negara Republik Rakyat Cina oleh Dr. Shin Yat Sun pada awal Januari 1912 M.

Setelah runtuhnya Dinasti Ming, Islam masuk ke pulau Taiwan. Jumlah penduduk muslim di pulau tersebut kian bertambah dengan berdatangannya orang-orang dari daratan Cina pada tahun 1945 M dan berkuasanya orang-orang komunis di pusat.

Pada tahun 1949 M, pulau ini menjadi tujuan hijrah bagi orang-orang yang menolak aturan komunis, sebagian besar dari mereka terdiri dari pegawai-pegawai pemerintahan dan tentara.

Saat ini (tahun 2002), jumlah kaum muslimin di Taiwan sekitar 60.000 jiwa, mayoritas menetap di Taipeh, mereka dapat melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan dan mendirikan shalat di masjid-masjid yang ada di sana. Masjid Taipeh adalah masjid terbesar di Taiwan, masjid ini didirikan pada tahun 1960 M atas bantuan pemerintah dan beberapa negara Arab dan Islam.

Keadaan kaum muslimin Taiwan sama seperti warga Taiwan lainnya yang tidak menderita kemiskinan, mereka semua tergolong warga yang berpenghasilan menengah atau yang berpenghasilan tinggi. Karenanya, mereka mengkhususkan penyaluran zakat untuk pemeliharaan dan pembinaan anak-anak kecil dan pemuda agar dapat mempelajari dasar-dasar agama Islam dan menghafal al-Quran, di samping untuk pembiayaan penyelenggaraan beberapa seminar, kamp-kamp dakwah dan penertiban kegiatan-kegiatan kemasyarakatan dan keilmuan.

Kaum muslimin Taiwan dapat melakukan kegiatan-kegiatan mereka dengan kebebasan penuh, karena semua agama dan kepercayaan diberikan kebebasan dan penghormatan, bahkan dapat hidup berdampingan dengan serasi dan toleransi. Pada bulan Ramadhan, kaum muslimin menyelenggarakan jamuan-jamuan berbuka di setiap masjid dan mereka juga berantusias dalam menunaikan shalat Tarawih. Di samping itu, Chinese Islamic Association (Organisasi Islam Cina/OIC) mengadakan penyelenggaraan ibadah haji. Organisasi ini juga berusaha menyebarkan dan memperkuat pendukung-pendukung Islam melalui berbagai sarana. Organisasi ini mengajak masyarakat memeluk Islam dan menyebarkan bulletin-bulletin dan buku-buku Islami secara cuma-cuma di semua masjid Taiwan, serta menjalankan kewajiban-kewajiban agama lainnya sesuai dengan syariat Islam.

Secara berangsur-angsur kaum muslimin mengirim beberapa pelajar untuk mempelajari ilmu-ilmu syariat di beberapa negara Islam seperti Arab Saudi, Mesir dan Libya. Dan hasilnya, saat ini sebagian besar imam masjid terdiri dari lulusan-lulusan tersebut, bahkan sebagian dari pelajar-pelajar tersebut memperoleh nilai yang tinggi pada ijazah mereka. Kegiatan mereka tidak hanya sebatas kegiatan-kegiatan keagamaan saja, melainkan mereka juga menyelenggarakan berbagai kegiatan keilmuan yang beraneka ragam dan mereka telah mencetak beberapa buku tentang sirah, hadis nabawi, aqidah dan rukun Islam. Semua ini menciptakan kehidupan baru bagi masyarakat muslim di Taiwan.

Setelah menjadi bangunan yang memiliki pengaruh di tahun lalu, masjid Taipeh banyak dikunjungi oleh para peziarah, khususnya dari para pelajar beberapa sekolah dan universitas. Para peziarah tersebut menerima penjelasan ringkas tentang Islam dan sejarah kemunculannya di Cina. Penjelasan-penjelasan ini mendapatkan respon positif, hal ini terbukti dengan diumumkannya keislaman beberapa orang dari mereka.

Termasuk kegiatan-kegiatan OIC adalah memperhatikan segala problematika kaum muslimin dan mengusahakan bantuan-bantuan yang bersifat mendesak untuk mereka berlandaskan firman Allah SWT "Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah saudara", karenanya kaum muslimin tidak merasa termarjinalkan dengan pengasingan dan pengumbaran di Taiwan. (IINA)


sumber: majalah Dakwah