Senin, 11 Mei 2009

Teman Pengayuh Sepedaku Resmi Jadi Seorang Guru

PhotobucketKami kayuh sepeda di pagi hari
Udara pagi menerpa kami
Terasa segar dan menyejukkan hati
Rumput dan dedaunan di kiri kanan jalan pun jadi saksi
Sesekali bergurau dalam perjalanan
Tetap semangat meskipun sedikit kelelahan.

Sedikit untaian kata yang bisa mengingatkan saya pada kenangan masa lalu saat masih berjuang bersama-sama seseorang teman, sahabat,sekaligus masih saudara saya dalam masa mencari ilmu, tepatnya saat smu tahun 2000-2003. Merupakan suatu rutinitas di pagi hari berangkat bersama-sama dengan mengayuh sepeda kesayangan masing-masing. Simple saja karena hal itu lebih santai, soalnya kalau naik angkot kadang waktunya tidak pasti, bisa-bisa malah telat sampai sekolah. Salah satu diantara kami saling menunggu bila mau berangkat, siapa yang lebih dulu bersiap-siap nah itulah yang menunggu, atau sesekali saya yang ke rumahnya atau sebaliknya.

Jadi ingat waktu smp saya, saya sedih kalau sepedanya tidak bisa digunakan (baca: ban sepedanya bocor), waktu itu ibu menyarankan untuk naikangkot tetap saja tidak mau. Yah dasar anak-anak kalau sudah maunya begitu mau bagaimana lagi?
Setelah pulang dari Sekolah kemudian kami singgah di rumah budhe (Budhe Rin, namanya). Duduk-duduk sebentar, ambil air wudlu, kemudian sholat untuk menghadap kepada-Nya. Selesai menghadap-Nya, kami baringkan tubuh kami di sebuah ruangan yang telah disediakan budhe buat kami(jadi tempat favorit ketika pulang sekolah), sekedar melepas sedikit penat dan lelah yang tidak terhiraukan. Setelah makan siang kemuudaian kita berdua berangkat ke madrasah sore hari. Pulang madrasah pukul 16:30. kemudian baru balik ke rumah sampai rumah pukul 17:00 (kebetulan SMU dan madrasahnya berada di wilayah yang sama), jadi sore baru pulang ke rumah.

Sekarang bila ingat hal tersebut terkadang saya senyum-senyum sendiri. Saya salut juga dengan perjuangan sahabat saya yang satu ini. Waktu Kelulusan dibelain mati-matian berkeinginan ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, yang notabene keluarganya pada awalnya merasa keberatan, mungkin karena ingin anaknya ke pondok saja waktu itu. Terbalik dengan saya, yang waktu itu sama sekali tidak terbesit setelah lulus ingin melanjutkan, malah kalau ditanya sama pak guru saya, saya suka berseloroh: "Nggak pak, saya tidak mau melanjutkan setelah lulus nanti, saya mau mondok (belajar di pondok) saja". Yah kok semua bisa berbalik begitu ya? Memang kadang apa yang kita rencanakan tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, tapi saya yakin itulah yang terbaik bagi kita. Hal itu senuhnya saya sadari dan jadi pembelajaran agar saya bisa selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah dikaruniakan oleh-Nya.
Perjuangan tekadnya akhirnya berbuah juga, akhirnya sahabat saya itu bisa masuk salah satu PTN di Semarang jurusan pendidikan matematika, meskipun harus tertunda satu tahun. Tidak apalah, penundaan mengawali sesuatu bukanlah akhir dari sebuah cerita dan akhir segalanya. Bulan Mei 2009 ini adalah merupakan salah satu saat bahagia bagi sahabat saya tersebut, setelah sekian lama berjuang dan pantang menyerah akhirnya tanggal 6 Mei 2009 kemarin sahabat saya diwisuda. Selamat Wahai sahabatku, saya turut mendoakanmu selalu...Semoga engkau selalu bahagia dan terkabulkan apa yang engkau cita-citakan di kemudian hari, kita tetap akan jadi sahabat sekaligus saudara. Begitupun pula doakan saya selalu, wahai temanku, teman pengayuh sepedaku.
Tetap semangat ya...!!!!